Arah pengajaran mapel IPA SMA dan mata kuliah pada umumnya di Indonesia menuju pada
pemaksaan siswa mendapatkan nilai instan (nilai kognitif) yang menjadi
indikator keberhasilan guru menyampaikan materi. Hal ini lebih terlihat
untuk kelas XII IPA SMA. Hari-hari mereka dijejali dengan soal-soal
latihan agar kelak lulus ujian nasional dengan nilai setinggi mungkin.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa nilai kognitif adalah parameter
paling mudah untuk mengevaluasi atau melihat keberhasilan guru
menyampaikan materi, lebih tepatnya melihat tingat penyerapan oleh
siswa terhadap konsep/materi pelajaran yang disampaikan guru. Tetapi
untuk jangka panjang sungguh arah ini sangat mengkhawatirkan, salah
satu efek dominonya adalah tidak munculnya daya inkuiri pada siswa
untuk mengeksplorasi konsep sehingga mendapatkan sesuatu yang lebih
dari apa yang ada dalam buku dan apa-apa yang disampaikan oleh guru di
dalam kelas.
Barangkali perlu diatur proporsinya, minimal untuk mengurangi
kebengkokan arah ideal pengajaran IPA untuk siswa, untuk siswa kelas X
dan XI diberi pengajaran IPA yang mampu menguatkan daya inkuiri siswa
sedangkan kelas XII diberi pengajaran IPA untuk mencapai target nilai
kognitif yang diinginkan. Cara ini memang sangat menyederhanakan
persoalan arah bengkok pendidikan, tetapi paling tidak dapat meluruskan
2/3 ke arah yang lebih baik.
Peningkatan daya inkuiri memang tidak bisa lepas dari aktivitas
laboratorium atau eksperimen, berarti terbayang dalam kita laboratorium
yang lengkap yang berarti ‘dana yang besar’. Suatu hal yang sangat
mengerikan untuk ukuran ekonomi Indonesia yang carut-marut adalah
memenuhi anggaran pendidikan 20% untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Tetapi keterbatasan bukanlah alasan untuk tidak berkreasi dalam
variasi metode pengajaran IPA. Banyak metode alternatif yang bisa
digunakan sebagai pendamping atau pengganti metode konvensional yang
tidak bisa dilepaskan.
Sebagai contoh untuk pengajaran mata pelajaran kimia, guru dapat
berkreasi dalam variasi metode pengajaran dengan menggunakan software
aplikasi kimia yang banyak sekali dan mudah didapatkan melalui jaringan
internet. Di sini guru mesti dengan arif mencari dan memakai software
aplikasi tersebut sesuai dengan materi pelajaran. Guru menggunakan
software-software tertentu untuk materi pelajaran tertentu atau
materi-materi pelajaran tertentu menggunakan software-software
tertentu.
Untuk software aplikasi kimia akan dengan mudah didapatkan apabila guru
mampu menggunakan sistem operasi linux, khususnya Ubuntu atau Blankon.
Di situ telah tersedia software-sofware aplikasi kimia yang sesuai dan
dapat digunakan untuk pengajaran. Di sinilah pentingnya guru yang
kreatif dan mau mengaktualisasi diri dengan selalu belajar dan mencari
metode kreatif alternatif tanpa selalu ‘merengek’ karena tidak ada
dana. Dengan sedikit belajar Linux, katakanlah satu-dua minggu, insya
Allah guru akan mampu menguasai operasional linux.
Kenapa sih mesti lebih baik menggunakan linux dan aplikasinya? Banyak
pertanyaan yang diajukan terkait dengan linux, umumnya seperti itu.
Banyak manfaat yang dapat kita peroleh jika kita menggunakan linux,
yaitu 1) OS (Operating System) Linux adalah ‘opensourse’ yang
dikembangkan oleh masyarakat dunia untuk kepentingan bersama, bersifat
‘free software’ walau ada versi komersialnya, logikanya dengan
menggunakan linux kita banyak menghemat biaya, 2) Linux merupakan
software legal, 3) Banyak sekali aplikasi yang dapat dijalankan di linux
yang dikembangkan oleh komunitas pengembang aplikasi, lebih dikenal
dengan istilah ‘Free Open Souce Software’, 4) Mendidik masyarakat
menghargai hasil karya orang lain dengan tidak menggunakan software
bajakan, insya Allah barokah, 5) Terbukti mampu membangkitkan
karya-karya mandiri dengan munculnya para pengembang linux dan
aplikasinya. Masih banyak manfaat lain yang menyertainya.
Bagi yang ingin belajar Linux, silahkan download Linux dan software aplikasi kimia di laman berikut: http://kimia.unnes.ac.id/kasmui. Pilih menu Download.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar